Membaca berbagai referensi mengenai manajemen isu dan krisis, satu pandangan saya tertuju pada kutipan Ray Ewing dalam buku Manajemen Isu dan Tantangan Masa Depan, ia selalu mengantisipasi bahwa manajemen masalah akan menjadi alat vital bagi masa depan organisasi. Dia juga mengamati bahwa “manajemen adalah masalah kekuatan yang nyata”. Jika organisasi ingin mempengaruhi agenda kebijakan publik, manajemen harus memiliki kekuasaan berdasarkan ide dari posisi yang mereka ambil. Mereka dapat mengubah kebijakan masyarakat karena mereka memberikan alasan yang baik untuk membenarkan posisi yang mereka usulkan. Posisi ini harus sejalan dengan kepentingan dasar publik, membangun hubungan yang efektif dan saling menguntungkan, serta mengutamakan kepentingan masyarakat (Heath dan Coombs, 2006:269).

Memiliki arah ‘perubahan’ yang berdampak pada organisasi adalah kata kunci dalam memahami masalah. Apakah bisa sebuah upaya mengelola perubahan memunculkan isu manajemen? Ya, tentu saja ada. Upaya mengelola perubahan ini bisa memunculkan isu manajemen. Saya mendefinisikan masalah sebagai berikut, “Masalah muncul ketika ada ketidaksesuaian antara harapan publik dan praktik organisasi yang jika diabaikan dapat berdampak negatif pada organisasi. Isu dapat mencakup isu, perubahan, peristiwa, sikap, kebijakan, atau nilai.”

Lalu bagaimana upaya pengolahan masalah ‘isu’ tersebut? Upaya pengelolaan masalah bisa dilakukan dengan memantau, mengidentifikasi, menganalisis, dan mengembangkan kebijakan strategis di tingkat manajemen dan menerapkan kebijakan sebagai prosedur untuk mengantisipasi masalah dan mengevaluasi dampak kebijakan dalam rangka mendukung kelangsungan kegiatan perusahaan.

Definisi saya terhadap konteks tersebut, didasarkan pada pemahaman sederhana bahwa masalah muncul dan berkembang ketika ada perubahan, ketidakharmonisan atau ketidaksesuaian antara lingkungan atau publik dan harapan organisasi yang menjadi titik balik bagi manajemen organisasi untuk mengidentifikasi, secara proaktif, dan kemudian menanggapi masalah. dan menjadikannya suatu keuntungan atau manfaat. untuk organisasi. Maka dari itu, isu yang muncul dan tidak dikelola dengan baik akan bisa berkembang menjadi krisis.

Lalu, krisis apakah yang dimaksud? Apakah berhubungan lanjut dengan manajemen? Ya, tentu saja. Isu-isu tersebut dapat terhubung dengan segala problematika dalam manajemen, dan menjadi hal yang dikenal dengan sebutan manajemen krisis. Manajemen krisis adalah suatu pendekatan terstruktur dalam menangani insiden dengan tujuan untuk memberikan strategi komunikasi yang tepat agar informasi yang disampaikan kepada publik dapat diterima dengan cepat dan membantu mengurangi kerugian atau risiko. Pembentukan manajemen krisis tidak lepas dari tahapan krisis itu sendiri. Hal ini erat kaitannya dengan strategi dalam programprogram krisis yang telah dicanangkan. Dalam manajemen krisis tidak ada komunikasi krisis dan hubungan masyarakat. Kedua hal ini berkaitan erat dan sangat penting bagi organisasi.

Menurut Prastya dari kutipannya pada tahun 2007, komunikasi krisis bukan hanya tugas departemen Humas, komunikasi krisis harus mencakup fungsi lain dari organisasi. Menurut pandangan saya dari beberapa referensi jurnal-jurnal yang telah terverifikasi, manajemen krisis memiliki beberapa tahapan yang harus dilakukan bagi institusi atau perusahaan yang sedang terkena dampak krisis. Tahapan inilah yang membuat krisis ataupun isu yang telah dibahas sebelumnya menjadi hilang, dan kondisi perusahaan menjadi lebih baik lagi. Langkahnya ialah, pertama, yang dapat dilakukan oleh pihak perusahaan adalah berkoordinasi dengan manajemen dan menginformasikan kepada karyawan tentang hasilnya.

Faktor keberhasilan penerapan recovery strategy bagi seluruh karyawan adalah selalu memberikan sentuhan kepada karyawan yang diyakini memiliki manfaat dalam menghadapi krisis saat ini. Setelah krisis, beberapa unit dipotong dan ini berarti dalam satu unit akan ada satu pekerjaan tambahan, tentu dengan satu kepala departemen, mungkin ada tambahan tugas di meja kerja. Karena unit di bawahnya yang masih bisa di cut off oleh manajemen. Singkatnya, pihak manajemen akan merekrut karyawan baru, jika tidak ada perubahan yang bisa dibawa secara meningkat oleh karyawan tersebut. Lalu, langkah kedua adalah efisiensi. Setiap aspek perusahaan yang dijalankan secara efisien oleh manajemen juga diterapkan tidak hanya pada biaya operasional, tetapi juga pada biaya perbaikan yang meliputi biaya yang dikeluarkan setiap bulannya. Kemudian ketiga adalah berpikir kritis. Ketika sebuah perusahaan mengembangkan rencana atau rencana proyek, manajemen harus dapat menempatkan perusahaan dalam situasi atau situasi terburuk yang mungkin dihadapinya. Manajemen juga harus terbuka untuk bertahan dalam situasi krisis. Termasuk keterbukaan kepada pihak lain yang ingin masuk ke perusahaan.

Hal terpenting bagi strategi perusahaan dalam menghadapi krisis adalah efisiensi perusahaan. Dalam hal keuntungan tetap, tetapi biaya turun. Selain itu tentunya perusahaan akan menekan biaya yang dapat ditekan. Intinya, pihak manajemen juga seharusnya bisa menumbuhkan kepercayaan pada karyawan dengan melakukan lobi-lobi karyawan. Manajemen melobi karyawan agar karyawan dapat kembali percaya pada perusahaan dan terus bekerja tanpa mengurangi etos atau moral kerja mereka. Hal ini menjadikan karyawan tetap besemangat dan harus tetap yakin bahwa perusahaan tempat mereka bekerja adalah perusahaan yang dapat menghasilkan sesuatu dan perusahaan ini akan bertahan dari krisis, dan bisa terus berusaha berkembang agar perusahaan yang sedang ia tempati, akan bisa terus tumbuh juga seiring mencoba dalam hal melewati krisis-an yang sedang dialami. Dengan begitu, para karyawan dan pihak di perusahaan akan pulih dan operasional perusahaan serta aktivitas perusahaan bisa berjalan normal. Kesimpulannya menurut saya, proses penyelesaian krisis yang dilakukan oleh perusahaan adalah perlu melakukan ‘manajemen krisis’ yang telah di sebutkan sebelumnya.

Manajemen krisis dilakukan untuk dapat menangani krisis yang datang pada perusahaan, komunikasi ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan karyawan terhadap perusahaan. Krisis dan pemecahan masalah menggunakan rencana manajemen. Tujuannya untuk bertahan dari berbagai dampak buruk, yakni dari krisis yang terjadi. Saat memecahkan sebuah krisis, dibutuhkan kepekaan terhadap masalah yang muncul, dengan cara mendobrak. Langkahlangkah umum tersebut menjadi langkah-langkah yang lebih operasional, memberikan masukan dalam bentuk untung-rugi, dan antisipasi krisis dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah perencanaan dan pengelolaan statistik pada perusahaan.

*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi sparklingcommunication.web.id