Oleh : Muthia Maudi

Mahasiswa Universitas Mulawarman Program Studi Ilmu Komunikasi

“Harapan akan Sekala”

 Bau tanah yang basah sehabis hujan mulai memasuki ruang hirup dalam diri seorang gadis muda, kala senja sedang menutup hari dengan meninggalkan warna langit jingga yang tampak sangat menghipnotis untuk menatapnya semakin dalam hingga terbenam.

Hanya terdengar suara musik di dalam kamar tersebut, lantunan lagu yang menyisihkan lirik demi lirik yang sangat dalam yang menggema di dalam kamar. Sang pemilik kamar masih mematung berdiam diri sambil menatap langit jingga yang mulai berubah menjadi biru kehitaman.

“Akankah ada kesempatan itu datang dan berpihak kepadaku?” “Ah..gue sebenarnya kenapa sih?”

Gumam sang gadis itu samar hampir tak terdengar.

Nadine Ananta, namanya. Gadis muda yang beberapa hari ini buat khawatir semua teman-temannya digrup, karena tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Jangan tanyakan, “Emang Nadine kenapa?”, tentu sangat jelas tidak tau mengapa.

Drrt…drtt…

Dering getar telepon yang masuk…

“Halo, ada apa sal?”, Jawabnya dengan santai. “Heh! lo darimana aja 3 hari ini gak ada kabar? Gila lo ya, kita semua khawatir nungguin kabar lo di grup!”, ucap sang lawan bicara yang tampak marah sekaligus khawatir.

“Gue gapapa, tenang aja kali! Gue masih hidup kok”, jawab Nadine santai. “Sekarang buka pintu rumah lo! Gue ama yang lain di depan pintu rumah lo dari tadi

nih!”, ucap Salsa yang berusaha menahan marah.

Tanpa basa-basi, Nadine bergegas menuruni tangga rumah yang tampak sunyi akibat keluarganya yang pergi keluar kota sejak seminggu yang lalu. Saat sudah didepan pintu dan membukanya, Nadine terkaget-kaget. Gimana gak kaget?, kalau misalnya teman-teman se- grupnya datang sambil membawa 3 box pizza dan juga 1 pack minuman bersoda.

“Lo pada mau ngeliat keadaan gue atau mau party di rumah gue sih ini?”, ucap Nadine. “Heh! Kalau ada tamu itu disuruh masuk dulu kali, masa kita semua dibiarin diluar”, ucap Salsa.

“Iya nih, gue dah pegel megangin ini box pizza dari tadi”, ucap Kayla yang juga teman 1 grupnya. “Yaudah, masuk guys”, ucap Nadine menyuruh semua temannya untuk masuk dan mulai menutup pintu.

Mereka semua pun langsung menuju ruang keluarga yang ada dirumah itu, mereka mulai menyusun semua makanan di meja dan duduk di ruangan itu.

“Jadi ceritakan, kenapa lo gak ada kabar selama 3 hari ini?”, tanya Kyan.

“Gue harus mulai darimana ya ceritanya? Gue bingung…”, ucap Nadine bingung dan mulai gelisah untuk speak up.

Teman-temannya mulai setengah mati menahan rasa penasaran. Karena menurut mereka, Nadine itu biasanya gak bertingkah seperti ini. Nadine anak yang ceria, banyak omong dan gak bisa diam di kalangan teman-temannya. Baru kali mereka ngelihat Nadine tampak berbeda.Nadine menghela nafas dan teman-teman yang ada di dalam ruangan itu mulai bingung tetapi masih berusaha fokus untuk mendengarkan.

“Jadi 3 hari yang lalu…”, Nadine mulai bercerita.

Kampus tampak ramai di hari rabu itu, dikarenakan ada acara pentas Fakultas Seni dan Musik yang diadakan oleh HIMA di aula kampus. Kelas gambar bentuk selesai, gue pun mulai membereskan semua alat gambar gue dan bergegas untuk menuju aula kampus. Ternyata di dalam aula sudah mulai ramai, karena dari fakultas lain juga datang untuk melihat siapa aja yang tampil. Gimana gak ramai, kalau misalnya guest star yang tampil Sekala.

“Tunggu dulu.. jadi lo gak ada kabar karna itu?”, ucap Kyan memotong cerita. “Sssttt.. dengar dulu cerita gue!”, ucap Nadine serius.

“Okay, beri tepuk tangan yang meriah untuk penampilan selanjutnya… SEKALA!”, ucap MC disertai gemuruh tepuk tangan di dalam aula kampus. Semuanya ikut bernyanyi dengan Sekala, termasuk gue. Sekala, cowok yang menjadi idola di kampus ini sekaligus soloist yang juga handil dalam dunia aktor. Tapi dibalik itu semua, Sekala merupakan teman masa kecil gue. Awalnya semua tampak biasa-biasa aja, sampai pada akhirnya Sekala melakukan aksi “Nyatakan cinta” di ribuan orang yang hadir di aula tersebut dan tentu saja bukan namaku yang disebut. Melainkan, Sheila.

“Jadi..selama ini Sekala itu teman masa kecil lo? Kok lo gak pernah cerita?”, kesel Kayla. Semua yang ada disitu terkejut karena ternyata Sekala merupakan teman masa kecil Nadine.

“Iya.. dia teman masa kecil gue. Sampai suatu ketika gue ketemu dia… dan dia gak kenal lagi gue siapa”, ucap Nadine dengan tatapan yang sulit diartikan oleh teman-temannya.

“Terus lo kenapa jadi kek orang galau gitu? Apa karna Sekala?”, tanya Kyan. “Apa mungkin sebenarnya lo suka ama Sekala, Nad?”, tambah Salsa.

Sebenarnya, Nadine juga gatau kenapa dia tiba-tiba jadi seperti ini. Namun ada rasa yang aneh di dalam benaknya, semenjak aksi ‘nyatakan cinta’ oleh Sekala kepada Sheila di aula kampus 3 hari lalu. Nadine langsung beranjak pergi dari aula saat itu, karena dia mulai merasakan hal yang menyesakkan.

“Tapi lo mau tau gak Nad, apa jawaban Sheila pas Sekala nyatain perasaannya?”, ucap Kyan dan mereka semua yang disitu pun mulai penasaran. “Pasti diterima kan? Gila aja kalau misalnya gak di terima”, tambah Kayla.

“Jawabannya…..gak diterima”, semua yang ada diruangan itu pun kaget. “Heh! Serius lo?”, kata Salsa.

“Iya seriusan… lo liat deh nih gue punya videonya dapat dari grup kampus”, jawab Kyan. Kyan pun mulai menunjukkan video itu.

Semua yang ada di aula pun mulai bergemuruh dan bilang “Terima Shei!”, Sekala yang tampak memegang setangkai mawar dihadapan Sheila pun mulai merasa degdegan karena Sheila hanya terdiam. “Sorry Sekala.. gue gak bisa”, ucap Sheila dihadapan Sekala dan ribuan mahasiswa yang menyaksikan di aula tersebut. Tampak Sekala yang kecewa dan mulai pergi begitu saja meninggalkan aula kampus.

“Jadi.. gak diterima??”, gumam Nadine dalam hati setelah melihat video yang di kasih lihat oleh Kyan. Ada rasa senang dan khawatir dalam benak Nadine memikirkan gimana perasaan Sekala sekarang.

Weekend berlalu, hari yang paling tidak semua orang pun tiba. Apalagi kalau bukan hari senin. Hari ini Nadine mulai masuk kampus kembali dengan perasaan yang lebih tenang. Namun dari arah yang berlawanan, dia melihat Sekala datang sendirian. Nadine pun berusaha untuk tetap tenang berjalan melewati saat Sekala mulai mendekat, tapi anehnya..

“Nadine…”, Panggil Sekala saat Nadine sudah melewatinya.

Deg…

“Ada apa ini? Sekala manggil gue? Apa dia udah mulai ingat gue siapa?”, gumam

Nadine masih berusaha mencerna.

“Lo Nadine kan?”, tanya Sekala.

“Iya, gue Nadine. Ada apa ya Sekala?”, tanya Nadine kembali dan tampak raut mengkerut dari wajah Sekala.

“Lo tau kan, kalau misalnya kita berdua dipilih jadi partner di kelas musik?”, Jelas Sekala. “Tunggu dulu.. sejak kapan gue gak tau hal ini?”, gumam Nadine berusaha tenang, karena tangannya udah mulai dingin kelamaan di dekat Sekala. “Iya kemaren pas lo gak masuk, Ms.Bong milih acak partner di kelas musik dan ya.. Gue kedapetan untuk partner bareng lo”, jelas Sekala langsung to the point.

“Sore nanti lo free kan?”, tambah Sekala. “Ah.. iya gue free kok sore ini”, jawab Nadine.

“Oh yaudah kalau gitu.. Nanti gue hubungin lo buat kerjain tugasnya. Gue pergi dulu ya, buru-buru mau kelas nih”, Ucap Sekala langsung bergegas pergi. Tapi anehnya sejak kapan Sekala punya nomor Nadine?. Nadine mau mengejar Sekala, tetapi Sekala sudah menghilang dengan cepat.

 

Kampus tampak sudah mulai kosong, banyak sudah pulang sehabis kelas terakhir hari ini. Nadine pun mulai beranjak pergi meninggalkan kelas, dan terkejut melihat Sekala yang udah berdiri di depan kelas Nadine sedari tadi.

“Kok lo gak bales chat gue sih? Lo kira gue penipu ya?”, ucap Sekala kesal karna Nadine tak kunjung membalas pesannya sedari siang. “Hah?…Sorry Sekala, gue gak punya paket buat bales chat lo. Makanya gue gak tau kalau lo ada ngechat gue hehehe”, jawab Nadine tampak seperti orang tak bersalah.

“Yaudah.. Ayok ikut gue!”, titah Sekala mulai berjalan ke parkiran motor.

Nadine terdiam saat Sekala tiba-tiba menawarkan helm kepadanya. “Jangan bengong…

Gue emang selalu bawa 2 helm buat jaga-jaga”, jelas Sekala yang tau isi kepala Nadine.

“Aduh! Kenapa dia tau isi kepala gue.. kan udah pede deluan gue tadi!”, Kesel Nadine dalam hati. Nadine pun mulai memakai helm dan mereka mulai pergi meninggalkan parkiran kampus. Sepanjang jalan, tidak ada yang membuka suara dan sibuk berkutat dengan pikiran mereka masing-masing. Hingga tak terasa, sudah sampai di halaman rumah yang tampak asing bagi Nadine.

 

“Eh Sekala.. bawa siapa tuh? Pacar ya?”, ucap wanita berumur tapi masih tetap cantik dan tentu saja Nadine tau itu siapa.

“Ma.. Ini teman Sekala. Jangan aneh-aneh deh!”, balas Sekala dan mulai mengajak Nadine masuk ke dalam rumahnya. Nadine tampak takjub dengan interior rumahnya yang tampak sangat nyaman, hingga sampai pada pintu berwarna hitam bertuliskan ‘Sekala Studio’. Mereka pun masuk ke dalam studio dan mulai mendiskusikan tugas dari Ms.Bong.

“Jadi lo mau kita nyanyi apa buat tugas Ms.Bong? Gue ngalah aja soalnya kalau sama cewek”, ucap Sekala bertanya pada Nadine.

“Ternyata lo gak pernah berubah ya Sekala..”, Gumam Nadine mengingat sifat Sekala yang selalu mengalah dan mau mendengarkan orang lain. Sejak kecil, Sekala sudah memiliki sifat itu sehingga Nadine sudah hapal akan sifatnya. Tak lama Nadine mulai memikirkan 1 lagu yang selalu ia dengarkan beberapa hari ini, ‘Bahaya’ yang merupakan lagu duet antara Arsy Widianto dan Tiara Andini. Makna yang dalam dan tentu saja lagu ini selalu berkaitan dengan perasaannya dengan Sekala.

“Gimana kalau lagu ‘Bahaya’? Lo tau gak?”, ucap Nadine memberi saran.

“Oh, yang lagunya Arsy sama Tiara itu ya? Bagus sih.. kalau gitu itu aja”, jawab Sekala setuju. Mereka pun mulai membagi part dan mulai mengambil take suara. Tak terasa sudah 3 jam mereka berkutat di dalam studio untuk tugas kelas musik Ms.Bong.

“Ternyata suara lo bagus ya.. Gue sampai tercengang dengarnya”, puji Sekala.

“Eh.. enggak! Biasa aja suara gue, gila lo. Tapi terima kasih atas pujiannya kalau gitu hehehe”, ucap Nadine senang. Krukkk…krukkk… suara perut Nadine yang mulai berkumandang minta di isi makanan. “Bilang aja kali kalau lo laper dari tadi..”, kata Sekala langsung mengajak Nadine untuk makan bersama di ruang makan.

Saat sampai di ruang makan, Nadine terkaget karena ternyata masih ada keluarga Sekala sedang makan malam. Nadine pun merasa gak enak dan mencegat tangan Sekala. “Sekala.. Gue pulang aja ya? Gue makan dirumah aja gapapa sumpah”, ucap Nadine sambil melihat kearah ruang makan. “Eh Nad.. Gapapa kok! Ayok!”, ucap Sekala menahan ketawa karna tingkah Nadine.

“Tapi Sekala.. Sumpah keknya gue pulang aja”, ucap Nadine memelas.

“Yaudah kalau gitu.. ayok pamit dulu sama keluarga gue”, ajak Sekala. Sekala mengalah lagi untuk kesekian kalinya. Mereka pun mulai pamitan dan Sekala mulai mengantar Nadine pulang, walaupun tadi sempat aksi ‘paksa dan menolak’ karena Nadine yang mau pulang pakai ojek online.

4 bulan berlalu semenjak mereka menjadi partner untuk tugas Ms.Bong, keduanya menjadi dekat satu sama lain. Sekala yang mulai terbuka untuk menceritakan semua tentang dirinya, begitu pun dengan Nadine. Hal ini makin memperjelas perasaan Nadine terhadap Sekala. Perasaan suka Nadine terhadap Sekala mulai membesar, tetapi rasa kecewa dalam diri

Nadine juga tak kalah besar. Sekala tidak mengingat Nadine sebagai ‘teman masa kecil’ nya dulu.

“Nad.. Gue mau ngomong”, ucap Sekala serius. “Lo mau ngomong apa? Ngomong aja kali”, jawab Nadine ikutan serius juga. Sekala mulai mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya dan mulai mencari galeri. Nadine terkejut saat Sekala memperlihatkan sebuah foto dirinya dengan seorang gadis cantik dilayar ponselnya.

“Ini teman gue.. Besok dia datang ke Indonesia”

“Gue dekat sama dia beberapa bulan ini..”, ucap Sekala menjelaskan. Bak petir di siang bolong, Nadine mulai curiga ranah pembicaraan yang akan Sekala omongkan disini.

“Dan gue mau nembak dia.. lo mau kan bantu gue Nad?”, ucap Sekala enteng tanpa tau perasaan lawan bicara di depannya yang sudah mulai menahan diri untuk tidak memperlihatkan raut sedihnya. Sekala memegang tangan Nadine dan mulai memohon untuk membantunya, hingga akhirnya Nadine mengiyakan tawaran tersebut tanpa memikirkan perasaannya.

Hingga hari ini pun tiba. Nadine tetap membantu untuk mempersiapkan semuanya, walaupun cukup berat hati, tapi ini demi Sekala. Sehari sebelumnya, Nadine bercerita kepada teman-temannya di grup tentang hal ini dan mereka semua memberi Nadine semangat. Karena, mereka percaya kalau Nadine bisa melewati hal ini. Sekala mulai gugup dan Nadine memberinya semangat dari jauh.Tampak dilihat, gadis yang dimaksud Sekala datang dan menuju meja di restaurant yang sudah di booked oleh Sekala. Tak berlangsung lama, Sekala mulai melakukan aksinya ‘Nyatakan cinta’ untuk kedua kalinya dihadapan Nadine, tapi bukan untuk Nadine.

Nadine dapat melihat bahwa gadis itu menerima Sekala, dan tak dapat dipungkiri Sekala tampak bahagia. Nadine mulai menyimpulkan, bahwa ternyata jawaban atas dirinya kepada langit jingga sehabis hujan 4 bulan lalu adalah tidak ada kesempatan baginya atas harapan yang ia ucapkan saat itu dan ternyata ini akhirnya.

Kalau selama ini Sekala yang selalu mengalah kepada Nadine, maka sebaliknya Nadine yang mencoba mengalah kepada Sekala kali ini. Semenjak saat itu, Nadine tidak muncul lagi di hadapan Sekala. Bak ditelan bumi, Nadine benar-benar pergi dan memupuk harapan besarnya untuk bisa bersama Sekala. Bagi Nadine, “Sesuatu tidak selalu sesuai

dengan harapan kita pada akhirnya, ada kalanya kita merelakan harapan itu pupus. Karena, Tuhan punya pengganti atas pupusnya harapan kita sekarang di masa depan”.

 

*) Artikel penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi sparklingcommunication.web.id